Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diraja Al-Haj, Sultan Palembang Darussalam


Laman rasmi SMB III www.sultanpalembang.com



Sunday 21 September 2014

Kebakaran di Sumsel Disengaja



PALEMBANG - Kebakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan belum juga tuntas ditangani. Upaya pemadaman besar-besaran dengan water bombing dan hujan buatan mulai menunjukkan hasil. Setidaknya, kabut asap yang terjadi tidak terlalu pekat lagi.

    Pantauan kemarin (21/9) dari dua satelit terhadap titik api (hotspot) menunjukkan hasil yang berbeda. Satelit NOAA 18 mencatat jumlah hotspot di Sumsel ada 31 titik, Kalbar (45), Kalteng (25), dan Kaltim (3) dengan luas setiap titik lebih dari 110 hektare.

Sedangkan satelit Terra Modis NASA mencatat sebaran titik yang lebih banyak lagi karena mampu mendata hotspot dengan luasan minimum enam hektare. Yakni, Sumsel (35 titik), Lampung (7), Kalbar (86), Kalteng (451), Kalsel (75), dan Kaltim (132).

Indikasi pembakaran hutan secara sengaja terlihat di wilayah Sumsel, khususnya di Ogan Komering Ilir (34 titik) dan Lubuklinggau (1). “Kebakaran berada di perkebunan dan lahan dekat permukiman, yang mengindikasikan bahwa lahan itu sengaja dibakar,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat, Sutopo Purwo Nugroho, kemarin (21/9).

Biasanya, ucap Sutopo, modus kebakaran hutan atau lahan yang terjadi di Sumsel adalah kombinasi antara illegal logging dan pembakaran lahan. Karena itu, dia mendesak aparat kepolisian untuk lebih aktif lagi dalam menindak para pembakar hutan. Upaya pemadaman dengan hujan buatan maupun bom air (water bombing) terus dilakukan. BNPB mengerahkan 9 helikopter pemboman air. Masing-masing, empat unit di Sumsel, satu di Riau, satu di Kalbar dan tiga di Kalteng.

           “Siang ini (kemarin siang), pesawat Hercules C-130 TNI AU telah melakukan operasi hujan buatan dengan menaburkan NaCl (garam dapur halus) sebanyak empat ton di atas wilayah Sumsel,” jelas Sutopo. Hasilnya, hujan turun lebih cepat di Kota Palembang dan sekitarnya. Pemadaman manual dari darat juga tetap dilakukan.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus bersiap untuk mengantisipasi lonjakan penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat asap dari kebakaran hutan dan lahan. “Dinas Kesehatan (Dinkes) daerah sudah menyiapkan masker,” ujar Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI, Akmal Tahir.

Katanya, saat ini udara di Medan, Riau, dan Jambi masih berada dalam situasi yang tidak sehat. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) masih berada di atas 100 yang menunjukkan pencemaran udara tinggi. “Tapi belum ada peningkatan apapun untuk penyakit ISPA. Meski demikian kita akan terus monitor kabut asap di tiap kota,” tandasnya.

Pesawat Hercules yang akan digunakan untuk melakukan hujan buatan telah tiba di Palembang. “Sedang helikopter Kamov dari Riau diganti helikopter Sikorsky buatan Amerika Serikat. Heli ini sudah tiba di Palembang tadi (kemarin) pagi, pukul 10.00 WIB,” kata Kepala BPBD Sumsel, Yulizar Dinoto didampingi Kepala Dinas Kehutanan Sumsel Sigit Wibowo di kantor BPBD Sumsel.
Ditegaskan Yulizar, pihaknya ingin agar udara di Sumsel cepat netral. Karena itu, mereka mengajukan kepada BNPB untuk dilakukan hujan buatan mendukung water bombing yang telah dilakukan sebelumnya.

Pesawat Hercules TNI AU itu dengan 15 kru akan menyebar sebanyak 20 ton garam per hari dengan bantuan TMC (teknologi modifikasi cuaca). Kru tersebut dari BPPT, BPBD, dan BMKG.  “Semua yang ada di pesawat Hercules saling berkoordinasi. Pesawat mulai dioperasikan menjelajahi wilayah Sumsel pukul 13.00 WIB. Kami akan mencari lokasi yang ada pembentukan awannya. Dan itu tidak mudah,” jelas Yulizar.

Helikopter Sikorsky dikerahkan untuk water bombing di kawasan Tulung Selapan, OKI. Hujan turun dua hari terakhir ternyata tidak membasahi wilayah “lumbung asap” itu. “Hari ini (kemarin), kami kerahkan semua kendaraan yang berfungsi untuk water bombing ke OKI, tepatnya di Tulung Selapan,” cetusnya.

Di sana, per 20 September tercatat ada 21 hotspot. Operasional helikopter Sikorsky dihadapkan dapat membantu tiga MI-8 yang telah lebih dahulu terlibat dalam upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Sumsel.

Helikopter Sikorsky ini tidak kalah canggih dengan Kamov. Kapasitas angkut airnya mencapai 4.000 liter. Wadah penampung airnya bisa menyerah air secara otomatis.

    Kasi Observasi BMKG  Bandara Palembang Agus Santosa, mengatakan, hujan yang terjadi beberapa hari ini adalah keberuntungan Sumsel. Hal itu karena ada daerah lain yang telah membuat hujan buatan, tapi karena angin punya pengaruh besar, maka awan pun bergeser dan ke arah Sumsel.

“Tapi tidak semua wilayah di Sumsel dapat kiriman awan pembuat hujan. Yang turun hujan hanya sebagian wilayah Empat Lawang, Pagaralam, Musi Rawas, Muba, Banyuasin, Palembang, Prabumulih, OKUS, dan Muara Enim. Kabupaten OKI malah tidak kena hujan. Karenanya titik api terbanyak ada di sana,” tuturnya.

Awan hujan juga tak bertahan lama di langit Sumsel. BMKG memprediksi, dalam beberapa hari ke depan, Sumsel akan terang benderang alias tidak berawan. Kondisi ini akan sulit menerapkan TMC dan melakukan hujan buatan.

“Besok (hari ini) diprediksi tidak ada awan cumulonimbus sehingga potensi kebakaran hutan akan terus terjadi,” cetusnya. Ditambahkan Sekda Sumsel H Mukti Sulaiman, pihaknya terus lakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam menanggulangi bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan.

“Mengingat ini masalah yang penting, maka kami akan lakukan rapat koordinasi tanggal 23 September nanti dengan Wapres Boediono,” tukasnya. Wapres akan memimpin langsung rapat apel siaga terkait kebakaran yang menyebabkan asap di Indonesia. Rapat di Griya Agung itu akan dihadiri Menteri Luar Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan Hidup, Kepala UKP4, Panglima TNI, Kapolri, Mendagri, Kepala Satgas BP Redd+.

Selain Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, juga dijadwalkan ada Gubernur Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kapolda Sumsel, Jambi, Riau dan Kalimantan Tengah. Lalu hadir Kepala BPBD Sumsel, Jambi, Riau dan Kalimatan Tengah, dan BPPT.

PT Angkasa Pura (AP) II juga akan  menerima bantuan enam unit GMG tambahan dari Menristek. Saat ini sudah terpasang enam GMG di kawasan bandara. “Dengan bantuan alat itu, meski jarak pandang 1.000 meter, pesawat tetap bisa mendarat. Beda dengan Jambi dan Bengkulu. Radar dan radio yang ada di Bandara SMB II bisa menangkap pesawat yang datang,” pungkasnya.