Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diraja Al-Haj, Sultan Palembang Darussalam


Laman rasmi SMB III www.sultanpalembang.com



Monday 29 September 2014

Tidak Tidur, Semalam Menghafal 25 Jenis Lagu




Suami menjadi motivasi yang paling berharga bagi setiap langkah perjuangan seorang Miftahul Jannah. Ia kerap dikenal sebagai wanita yang manja, bahkan ke mana pun ia melangkah selalu diiringi suami tercinta. Bagaimana ceritanya?
-----------------
DWI APRIANI – Palembang
------------
SURAT At-Tahrim mulai dari ayat 2 terdengar merdu saat dilantunkan qoriah Hj Miftahul Jannah, Kamis (15/9), di arena MTQ Internasional Palembang Sport and Convention Center (PSCC). Dewan juri yang duduk di sisi kiri dan kanan podium utama para qori, dengan seksama mendengarkan bacaan alumni Pesantren Al-Ittifaqiah, Ogan Ilir itu. 
Ya, malam itu, Miftah tampil nyaris sempurna. Mukanya terlihat memerah saat ia mengeluarkan nada tinggi. Tak kurang 4 nada keluar dari setiap ayat yang dibacakannya.
Ribuan penonton yang duduk di tribun tak henti mengucapkan kalimat pujian kepada Allah swt. Sebuah ekspresi dari ketakjuban. Bahkan, tidak sedikit penonton yang meneteskan air mata, terharu. Tepukan tangan penonton bergemuruh usai perempuan yang kini mengabdikan diri di Pondok Pesantren Qadratullan Banyuasin ini, turun podium.
Menariknya, sang suami, Muhammad Affan selalu mendampingi baik saat tampil maupun pengumuman pemenang di malam penutupan. “Alhamdulillah wa syukurillah. Ini semua pemberian Allah swt. Ini anugerah dan berkah darinya. Sampai saat ini seakan saya masih di dunia mimpi. Saya tidak percaya ini terjadi. Saya masih anggap ini mimpinya,” kata Miftah usai menerima hadiah sebagai juara 1 mengalahkan 13 qariah lainnya dari mancanegara.
Mata Miftah berkaca. Perlahan airmata bahagia menetes saat ia menerima piala dan hadiah dari Gubernur Sumsel, Alex Noerdin. “Sangat kaget, bahkan ketika di atas panggung hanya bisa gemetar dan senyum, tanpa bisa bicara satu kata pun,” ungkapnya tak henti mengucapkan kalimat pujian kepada Allah swt.
    Ibu dua anak ini mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan pertama kali kepada sang suami yang dengan setia mendukung, men-support dan rela menemani dalam keadaan apapun. Terlebih, saat-saat sulit, kurun seminggu menghadapi MTQ Internasional.
    “Saya serahkan penghargaan ini kepada suami saya yang selalu menemani. Anak-anak saya dan juga semua pengajar serta anak-anak ponpes. Yang paling utama, saya tujukan kepada masyarakat Indonesia, khususnya Palembang. Semua kemenangan saya ini untuk mereka. Karena ini adalah rahmat dari Allah swt,” ujar Miftah memeluk suaminya yang tak kuasa meneteskan air mata.
    Bagi Miftah, suami adalah segalanya. Setiap waktu, apapun kegiatan dan aktivitas yang dilakukan Miftah, tak pernah ingin jauh dari suami. “Dia (suami Miftah, red) saya tahu semua perasaan dan suasana hati saya. Suami selalu temani ke mana pun saya pergi, apalagi jika ke luar kota untuk kegiatan-kegiatan tilawah,” imbuhnya lagi.
    Ia mengaku tidak bisa ikut berlomba tanpa suami mendampinginya. Karena hanya suami penyemangat, bahkan jika tanpa suami ia akan tegang dan tidak fokus pada aktivitasnya. “Setiap lomba apapun, suami selalu mendampingi. Termasuk saat training di Jakarta, suami selalu temani saya. Sama dengan saat saya ikut lomba MTQ tahun lalu di Malaysia, suami juga temani walaupun saya hanya bisa membawa pulang juara tiga,” ungkapnya lagi.
    Saat ada suami, aku Miftah, ia bisa menghilangkan rasa tegang dengan bermanja-manja pada suaminya. Bahkan sang suami yang akrab disapa Affan itu, mengaku bahwa istrinya selalu manja setiap hendak tampil. “Dia (Miftah) itu orangnya manjaan. Jadi kalau tegang, hanya saya yang bisa menenangkan hati. Dia tidak percaya diri jika tidak didampingi saya. Karenanya, selain mendukung dan men-support, saya di sini juga sebagai penguat untuknya,” timpal Affan.
     Lanjut Affan, saat sang istri melantunkan ayat-ayat suci di atas panggung ia hanya bisa berdoa dan terus berdoa. Menurutnya perjuangan sang istri untuk menjadi qori yang terbaik tidak sia-sia. Apalagi saat sedang training, Miftah tidak tidur karena dituntut harus menguasai 25 jenis lagu tilawah dalam membaca ayat suci dalam waktu satu malam.
     “Dia tidak tidur, jadi semalaman menghafal 25 jenis lagu tilawah yang baru didapatnya sore hari, tapi pagi harinya sudah disetor hafalan itu. Saya sangat tahu itu karena saya ada di dekatnya. Miftah itu orang yang sangat bersemangat dan kerja keras. Dia tidak mau membuat masyarakat Indonesia kecewa karenanya dia terus menerus belajar tilawah hingga saat pengumuman,” terang ayah dari Muhammad Afif Mukhdor dan A Dzaky Azzayyan itu.
    Affan mengaku dirinya juga masih belum percaya atas  keberhasilan sang istri mendapat juara terbaik. Saat pengumuman, Affan menutup telinga karena tidak sanggup jika sang istri gagal. Tatkala teriakan penonton dan penuh syukur atas keberhasilan itu, Affan meneteskan air mata seakan tidak percaya.
    “Saya menangis, mengingat perjuangan istri saya sebelum tampil. Saya sangat terharu. Melihat senyumnya ketika menerima penghargaan itu, saya hanya bisa terharu. Dia memang pantas mendapatkan itu semua karena dia begitu bertekad,” bebernya lagi.
    Miftah menambahkan, kalaupun dirinya tidak menang, ia tak akan kecewa. Tetap bersyukur dan menganggap belum takdir Allah swt untuk menang.  “Tapi, takdir sekarang saya menang,” ujarnya tersenyum.
    Soal hadiah, kata Miftah, dia sudah menanyakan dengan suami mau diapakan hadiahnya jika menang? “Suami saya mengatakan bahwa hadiah itu adalah titipan Allah kepada hambanya. Di situ saya bernazar, jika menang maka rezeki yang saya terima itu akan saya bagikan kepada ponpes, dan orang yang berhak,” beber perempuan dengan tahi lalat di bawah mata kanannya.
    Atas prestasinya itu, Miftah memperoleh uang pembinaan sebesar Rp211 juta. Plus piala dan piagam. “Yang saya inginkan adalah prestasi. Karenanya saya sepakat dengan suami, hadiah ini sebagian akan disumbangkan,” tandasnya.
Selain Miftahul Jannah, ada pemenang cabang tilawah putri dari negara lainnya. Juara 2 diraih oleh Hanimzah (Malaysia), juara 3 Hasnae Khoulali (Maroko), juara 4 diperoleh Amal Nazirah binti H Asmat (Brunei Darussalam), dan juara 5 didapat oleh Nurul Huda binti Khamsani asal Singapura.