Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diraja Al-Haj, Sultan Palembang Darussalam


Laman rasmi SMB III www.sultanpalembang.com



Wednesday, 29 October 2014

Cium Hajar Aswad Pakai Strategi



Musim haji 1435 H/2014 terasa istimewa lantaran bertepatan dengan hari Jumat. Orang menyebutnya dengan haji akbar. Aktivitas di Masjidilharam pun kian padat. Menariknya lagi, tiap jemaah punya keinginan mencium Hajar Aswad.
-----------------
H ANDRI IRAWAN  - Mekah
----------


LINTASAN tawaf terlihat padat. Para jemaah berdesakan untuk makin dekat dengan kakbah. Bisa dipastikan target mereka tak lain untuk mendekati Hajar Aswad. Maklum saja, kurang Afdhol rasanya berhaji kalau belum mencium Hajar Aswad.

   Hajar Aswad sendiri merupakan sebuah batu hitam yang tertancap di salah satu sudut Kakbah, di Masjidilharam. Sudut tempat memulai dan mengakhiri  thawaf. Batu yang diyakini berasal dari surga, awalnya berwarna lebih putih daripada susu. Tapi kemudian menjadi hitam disebabkan kesalahan bani Adam.          

  Tak hanya jemaah Indonesia, jemaah negara lain juga punya keinginan yang sama untuk mencium Hajar Aswad. Bisa dibayangkan, orang Indonesia yang notabene-nya kecil harus “bersaing” dengan jemaah negara lain yang badannya lebih besar. “Nafas sudah seperti mau habis, terpaksa mundur. Waktu gagal mencium Hajar Aswad itu, aku seperti melihat mendiang istri aku,” cerita H Suryadi Tegoeh, jemaah kloter 6 Palembang, kepada wartawan koran ini.

Ia sempat gagal  mencium Hajar Aswad, saat baru-baru tiba di Mekah dari Medinah. Tali tasnya putus dan terjatuh, membuat konsentrasinya terpecah. Ditambah dia takut  kondisinya drop karena mempunyai riwayat hipertensi.

 Suryadi yang pernah menjabat sebagai Manager PLN Rayon Sukarami Palembang, lalu bertekad harus berhasil mencium Hajar Aswad. Dua hari kemudian, Suryadi mencoba lagi pada dini hari sekitar pukul 01.00 WAS. Bersama Andri Irawan, dibantu H M Isa Sakum selaku ketua rombongan (karom) 8. “Alhamdulillah, kami (Suryadi dan Andri) berhasil. Lempeng saja rasanya malam itu, ikuti arus,” ucap Suryadi bersyukur.

H M Isa Sakum yang berpengalaman membimbing jemaah haji ke Tanah Suci, membagi tips dan trik mencium Hajar Aswad. Katanya, jemaah harus pandai melihat peluang. Seperti kepadatan jemaah yang sedang thawaf, itu bisa dilihat dengan mendatangi langsung Masjidilharam atau memantau siaran langsung suasana Masjidilharam dari saluran televisi setempat. 

Kemudian, mengatur strategi. Jangan langsung berjalan “tegak lurus” dari tepi menuju Hajar Aswad. Itu akan menyulitkan untuk menembus jemaah yang sedang thawaf. “Kita coba dari sudut rukun Yamani, sentuh dan membaca doa dulu. Baru berjalan mengarah sudut Hajar Aswad. Dan Alhamdulillah kita berhasil. Cara lainnya, dari sudut Rukun Yamani kita terus menempel dinding Kakbah sampai ke sudut Hajar Aswad,” ucapnya kala itu.

Lain halnya dengan pengalaman H Iskandar AB  mencium Hajar Aswad. Yang pertama, dilakukannya malam hari. Berhasil, setelah menembus keramaian jemaah lainnya. “Patokannya begitu kaki kita menyentuh dan bertahan di cone block dekat Hajar Aswad, Insya Allah berhasil. Tinggal ikuti arus,” katanya berbagi pengalaman.

Kemudian kali kedua, dia mencobanya sore hari jelang waktu salat Magrib. Lebih dulu melakukan tawaf sambil terus mepet dinding kakbah, begitu azan mulai terdengar langsung berhenti di dekat sudut Hajar Aswad. Selesai memenunaikan salat, langsung berlari menuju Hajar Aswad. “Sore itu, aku dan Pak H Mujiko Radi, berhasil mencium Hajar Aswad. Alhamdulillah,” tuturnya.

Padahal H Mujiko yang bawaannya cukup pendiam, baru kali itu berusaha mencoba mencium Hajar Aswad. “Lego rasonyo,” singkatnya. Fisiknya pun tidak tinggi ataupun tegap, bahkan bisa dikatakan termasuk kecil untuk ukuran orang Indonesia.