Musim haji 1435 H/2014 terasa
istimewa lantaran bertepatan dengan hari Jumat. Orang menyebutnya dengan haji
akbar. Aktivitas di Masjidilharam pun kian padat. Menariknya lagi, tiap jemaah
punya keinginan mencium Hajar Aswad.
-----------------
H ANDRI IRAWAN - Mekah
----------
LINTASAN tawaf terlihat padat.
Para jemaah berdesakan untuk makin dekat dengan kakbah. Bisa dipastikan target
mereka tak lain untuk mendekati Hajar Aswad. Maklum saja, kurang Afdhol rasanya
berhaji kalau belum mencium Hajar Aswad.
Hajar Aswad sendiri merupakan sebuah batu
hitam yang tertancap di salah satu sudut Kakbah, di Masjidilharam. Sudut tempat
memulai dan mengakhiri thawaf. Batu yang
diyakini berasal dari surga, awalnya berwarna lebih putih daripada susu. Tapi
kemudian menjadi hitam disebabkan kesalahan bani Adam.
Tak hanya jemaah Indonesia, jemaah negara
lain juga punya keinginan yang sama untuk mencium Hajar Aswad. Bisa
dibayangkan, orang Indonesia yang notabene-nya kecil harus “bersaing” dengan
jemaah negara lain yang badannya lebih besar. “Nafas sudah seperti mau habis,
terpaksa mundur. Waktu gagal mencium Hajar Aswad itu, aku seperti melihat
mendiang istri aku,” cerita H Suryadi Tegoeh, jemaah kloter 6 Palembang, kepada
wartawan koran ini.
Ia sempat gagal mencium Hajar Aswad, saat baru-baru tiba di
Mekah dari Medinah. Tali tasnya putus dan terjatuh, membuat konsentrasinya
terpecah. Ditambah dia takut kondisinya
drop karena mempunyai riwayat hipertensi.
Suryadi yang pernah menjabat sebagai Manager
PLN Rayon Sukarami Palembang, lalu bertekad harus berhasil mencium Hajar Aswad.
Dua hari kemudian, Suryadi mencoba lagi pada dini hari sekitar pukul 01.00 WAS.
Bersama Andri Irawan, dibantu H M Isa Sakum selaku ketua rombongan (karom) 8.
“Alhamdulillah, kami (Suryadi dan Andri) berhasil. Lempeng saja rasanya malam
itu, ikuti arus,” ucap Suryadi bersyukur.
H M Isa Sakum yang
berpengalaman membimbing jemaah haji ke Tanah Suci, membagi tips dan trik
mencium Hajar Aswad. Katanya, jemaah harus pandai melihat peluang. Seperti
kepadatan jemaah yang sedang thawaf, itu bisa dilihat dengan mendatangi
langsung Masjidilharam atau memantau siaran langsung suasana Masjidilharam dari
saluran televisi setempat.
Kemudian, mengatur strategi.
Jangan langsung berjalan “tegak lurus” dari tepi menuju Hajar Aswad. Itu akan
menyulitkan untuk menembus jemaah yang sedang thawaf. “Kita coba dari sudut
rukun Yamani, sentuh dan membaca doa dulu. Baru berjalan mengarah sudut Hajar Aswad.
Dan Alhamdulillah kita berhasil. Cara lainnya, dari sudut Rukun Yamani kita
terus menempel dinding Kakbah sampai ke sudut Hajar Aswad,” ucapnya kala itu.
Lain halnya dengan pengalaman
H Iskandar AB mencium Hajar Aswad. Yang
pertama, dilakukannya malam hari. Berhasil, setelah menembus keramaian jemaah
lainnya. “Patokannya begitu kaki kita menyentuh dan bertahan di cone block
dekat Hajar Aswad, Insya Allah berhasil. Tinggal ikuti arus,” katanya berbagi
pengalaman.
Kemudian kali kedua, dia
mencobanya sore hari jelang waktu salat Magrib. Lebih dulu melakukan tawaf
sambil terus mepet dinding kakbah, begitu azan mulai terdengar langsung
berhenti di dekat sudut Hajar Aswad. Selesai memenunaikan salat, langsung
berlari menuju Hajar Aswad. “Sore itu, aku dan Pak H Mujiko Radi, berhasil
mencium Hajar Aswad. Alhamdulillah,” tuturnya.
Padahal H Mujiko yang
bawaannya cukup pendiam, baru kali itu berusaha mencoba mencium Hajar Aswad.
“Lego rasonyo,” singkatnya. Fisiknya pun tidak tinggi ataupun tegap, bahkan
bisa dikatakan termasuk kecil untuk ukuran orang Indonesia.