Suami
menjadi motivasi yang paling berharga bagi setiap langkah perjuangan seorang
Miftahul Jannah. Ia kerap dikenal sebagai wanita yang manja, bahkan ke mana pun
ia melangkah selalu diiringi suami tercinta. Bagaimana ceritanya?
-----------------
DWI APRIANI
– Palembang
------------
SURAT
At-Tahrim mulai dari ayat 2 terdengar merdu saat dilantunkan qoriah Hj Miftahul
Jannah, Kamis (15/9), di arena MTQ Internasional Palembang Sport and Convention
Center (PSCC). Dewan juri yang duduk di sisi kiri dan kanan podium utama para
qori, dengan seksama mendengarkan bacaan alumni Pesantren Al-Ittifaqiah, Ogan
Ilir itu.
Ya, malam
itu, Miftah tampil nyaris sempurna. Mukanya terlihat memerah saat ia
mengeluarkan nada tinggi. Tak kurang 4 nada keluar dari setiap ayat yang
dibacakannya.
Ribuan
penonton yang duduk di tribun tak henti mengucapkan kalimat pujian kepada Allah
swt. Sebuah ekspresi dari ketakjuban. Bahkan, tidak sedikit penonton yang
meneteskan air mata, terharu. Tepukan tangan penonton bergemuruh usai perempuan
yang kini mengabdikan diri di Pondok Pesantren Qadratullan Banyuasin ini, turun
podium.
Menariknya,
sang suami, Muhammad Affan selalu mendampingi baik saat tampil maupun
pengumuman pemenang di malam penutupan. “Alhamdulillah wa syukurillah. Ini
semua pemberian Allah swt. Ini anugerah dan berkah darinya. Sampai saat ini
seakan saya masih di dunia mimpi. Saya tidak percaya ini terjadi. Saya masih
anggap ini mimpinya,” kata Miftah usai menerima hadiah sebagai juara 1
mengalahkan 13 qariah lainnya dari mancanegara.
Mata Miftah
berkaca. Perlahan airmata bahagia menetes saat ia menerima piala dan hadiah
dari Gubernur Sumsel, Alex Noerdin. “Sangat kaget, bahkan ketika di atas
panggung hanya bisa gemetar dan senyum, tanpa bisa bicara satu kata pun,”
ungkapnya tak henti mengucapkan kalimat pujian kepada Allah swt.
Ibu dua anak ini mengucapkan rasa
terimakasih dan penghargaan pertama kali kepada sang suami yang dengan setia
mendukung, men-support dan rela menemani dalam keadaan apapun. Terlebih,
saat-saat sulit, kurun seminggu menghadapi MTQ Internasional.
“Saya serahkan penghargaan ini kepada suami
saya yang selalu menemani. Anak-anak saya dan juga semua pengajar serta
anak-anak ponpes. Yang paling utama, saya tujukan kepada masyarakat Indonesia,
khususnya Palembang. Semua kemenangan saya ini untuk mereka. Karena ini adalah
rahmat dari Allah swt,” ujar Miftah memeluk suaminya yang tak kuasa meneteskan
air mata.
Bagi Miftah, suami adalah segalanya. Setiap
waktu, apapun kegiatan dan aktivitas yang dilakukan Miftah, tak pernah ingin
jauh dari suami. “Dia (suami Miftah, red) saya tahu semua perasaan dan suasana
hati saya. Suami selalu temani ke mana pun saya pergi, apalagi jika ke luar
kota untuk kegiatan-kegiatan tilawah,” imbuhnya lagi.
Ia mengaku tidak bisa ikut berlomba tanpa
suami mendampinginya. Karena hanya suami penyemangat, bahkan jika tanpa suami
ia akan tegang dan tidak fokus pada aktivitasnya. “Setiap lomba apapun, suami
selalu mendampingi. Termasuk saat training di Jakarta, suami selalu temani
saya. Sama dengan saat saya ikut lomba MTQ tahun lalu di Malaysia, suami juga
temani walaupun saya hanya bisa membawa pulang juara tiga,” ungkapnya lagi.
Saat ada suami, aku Miftah, ia bisa
menghilangkan rasa tegang dengan bermanja-manja pada suaminya. Bahkan sang
suami yang akrab disapa Affan itu, mengaku bahwa istrinya selalu manja setiap
hendak tampil. “Dia (Miftah) itu orangnya manjaan. Jadi kalau tegang, hanya
saya yang bisa menenangkan hati. Dia tidak percaya diri jika tidak didampingi
saya. Karenanya, selain mendukung dan men-support, saya di sini juga sebagai
penguat untuknya,” timpal Affan.
Lanjut Affan, saat sang istri melantunkan
ayat-ayat suci di atas panggung ia hanya bisa berdoa dan terus berdoa.
Menurutnya perjuangan sang istri untuk menjadi qori yang terbaik tidak sia-sia.
Apalagi saat sedang training, Miftah tidak tidur karena dituntut harus
menguasai 25 jenis lagu tilawah dalam membaca ayat suci dalam waktu satu malam.
“Dia tidak tidur, jadi semalaman menghafal
25 jenis lagu tilawah yang baru didapatnya sore hari, tapi pagi harinya sudah
disetor hafalan itu. Saya sangat tahu itu karena saya ada di dekatnya. Miftah
itu orang yang sangat bersemangat dan kerja keras. Dia tidak mau membuat
masyarakat Indonesia kecewa karenanya dia terus menerus belajar tilawah hingga
saat pengumuman,” terang ayah dari Muhammad Afif Mukhdor dan A Dzaky Azzayyan
itu.
Affan mengaku dirinya juga masih belum
percaya atas keberhasilan sang istri
mendapat juara terbaik. Saat pengumuman, Affan menutup telinga karena tidak
sanggup jika sang istri gagal. Tatkala teriakan penonton dan penuh syukur atas
keberhasilan itu, Affan meneteskan air mata seakan tidak percaya.
“Saya menangis, mengingat perjuangan istri
saya sebelum tampil. Saya sangat terharu. Melihat senyumnya ketika menerima
penghargaan itu, saya hanya bisa terharu. Dia memang pantas mendapatkan itu
semua karena dia begitu bertekad,” bebernya lagi.
Miftah menambahkan, kalaupun dirinya tidak
menang, ia tak akan kecewa. Tetap bersyukur dan menganggap belum takdir Allah
swt untuk menang. “Tapi, takdir sekarang
saya menang,” ujarnya tersenyum.
Soal hadiah, kata Miftah, dia sudah
menanyakan dengan suami mau diapakan hadiahnya jika menang? “Suami saya
mengatakan bahwa hadiah itu adalah titipan Allah kepada hambanya. Di situ saya
bernazar, jika menang maka rezeki yang saya terima itu akan saya bagikan kepada
ponpes, dan orang yang berhak,” beber perempuan dengan tahi lalat di bawah mata
kanannya.
Atas prestasinya itu, Miftah memperoleh
uang pembinaan sebesar Rp211 juta. Plus piala dan piagam. “Yang saya inginkan
adalah prestasi. Karenanya saya sepakat dengan suami, hadiah ini sebagian akan
disumbangkan,” tandasnya.
Selain
Miftahul Jannah, ada pemenang cabang tilawah putri dari negara lainnya. Juara 2
diraih oleh Hanimzah (Malaysia), juara 3 Hasnae Khoulali (Maroko), juara 4
diperoleh Amal Nazirah binti H Asmat (Brunei Darussalam), dan juara 5 didapat
oleh Nurul Huda binti Khamsani asal Singapura.