PALEMBANG - Desak-desakan dan
antrean panjang menghiasi halaman rumah ketua pengajian Majelis Taklim
Raudhatul Ilmi Palembang, H Taufik Hasnuri. Senin (3/11), di sana digelar
tradisi bagi-bagi bubur Asyura.
Panitia menyiapkan 10 panci
besar bubur yang sengaja dimasak untuk dibagikan kepada warga sekitar. Tapi,
yang datang juga banyak dari kecamatan lain, seperti Jakabaring dan Ilir Barat
II.
Masyarakat ingat betul tradisi
itu sehingga rela datang dari jauh. “Sebenarnya memang dibuat dan dibagikan
untuk anak yatim. Tapi karena banyaknya
warga yang datang, jadi semuanya dibagikan,” kata H Taufik Hasnuri.
Diungkapnya, tahun ini
merupakan tahun ke-13 tradisi itu ia laksanakan. Untuk membuat 10 panci besar
bubur Asyura, pihaknya menggunakan 160 kg beras, 70 kg daging sapi, 10 kg
daging ayam, 100 kg bawang merah, dan 20 kg bawang putih. “Bubur ini dibuat 10
orang dalam waktu sekitar 8 jam,” imbuhnya.
Bubur yang dihasilkan untuk
dibagikan kepada 5 ribu warga. Diakui Taufik, tiap tahun masyarakat yang datang
pada momen pembagian bubur Asyura ini selalu bertambah banyak.
Dijelaskannya, banyak manfaat
yang didapatkan dari tradisi di hari 10 Muharam itu. Selain mengharapkan
pahala, ia merasa lebih dekat dengan anak yatim dan kaum duafa. “Semoga dengan
peringatan 10 Muharam ini, Palembang akan lebih aman dan damai,” tuturnya.
Salah seorang warga, Muhtar,
mengaku sengaja datang dari Makrayu untuk mendapatkan bubur Asyura.
“Mudah-mudahan ikut mendapat berkah di bulan Muharam ini,” katanya.
Dalam acara itu, pemilik
catering Rafika, Hj Hoiriah, berpartisipasi dengan memberikan santunan berupa
uang kepada anak yatim. Pembagian santunan tersebut akan dilanjutkan hari ini
(4/11) di Masjid Taqwa.