PALEMBANG - Manajemen PT PLN
(Persero) Wilayah Sumsel, Jambi, dan Bengkulu (S2JB) sepertinya tak mau
sepenuhnya disalahkan dengan pemadaman listrik (blackout) yang menuai protes
masyarakat belakangan. Setelah menyatakan kerusakan di beberapa pembangkit,
kemarin General Manager (GM) Paranai Sahusfan menegaskan kalau blackout di Sumsel
dan sebagian Lampung ada kaitan dengan pekatnya kabut asap belakangan.
Lho, mengapa asap? Paranai yang GM Wilayah
S2JB menjelaskan kabut asap mengandung polutan sehingga merusak sistem kerja
mesin di PLTU Borang lantaran tak bisa disaring dengan baik. “Karena asap,
terjadi batuk-batuk (hambatan) pada kinerja mesin yang sensitif. Sekitar pukul
05.00 WIB, kami matikan mesin selama kabut berlangsung. Karenanya, terjadi
padam listrik di Sumsel dan sebagian Lampung selama empat jam,” ujarnya di
sela-sela meninjau lokasi PLTGU Borang (PT Asrigita Prasarana) di Banyuasin I,
kemarin (3/11).
Tak hanya PLTU Borang. Menurut
Paranai, PLTU Keramasan dan PLTU Bukit Asam juga mengalami penurunan performa
akibat pekatnya kabut asap. Sebab, mesin di PLTU tersebut menggunakan aero
derivatif yang biasa dipakai pesawat. “Udara tidak bersih, jadi tidak bisa
melakukan pendinginan dengan sempurna. Kami lakukan shut down sampai udara
kembali normal,” cetusnya.
Selain kabut asap, pukul 12.00
WIB kemarin terjadi gangguan jaringan pada sutet di tower 27 km dari Bukit Asam
menuju Lahat akibat adanya tanam pohon. “Kondisi pemadaman ini masih akan terus
terjadi selama asap masih menyelimuti Sumsel. Bukan lagi bermasalah dengan
pasokan gasnya, tapi lebih kepada polutan udara yang mempengaruhi kinerja
mesin.”
Lanjutnya, PLTG Borang yang tidak beroperasi
sejak 13 Oktober akibat tidak adanya pasokan gas, kini sudah normal. Apalagi,
ada tambahan gas dadakan dari PT MEdco Energy sebesar 18 mmscfd. “Setelah masuk
pasokan gas itu, kondisi tegangan listrik di Sumsel per pukul 15.54 WIB
(Minggu, red) sudah normal. Tapi itu tadi, masalah muncul pada transmisi yang
terganggu akibat tanam tumbuh yang buat padam setelah jam tersebut. Juga karena
pekatnya kabut asap.”
Dikatakan, PT Pertamina juga
akan mensuplai gas sebesar 22 mmscfd beberapa waktu ke depan. Lalu, pada 1
Desember juga ada pasokan gas dari Lematang dengan masa perjanjian hingga 2017
mendatang dan akan mengalir ke Borang, Keramasan, dan Inderalaya.
Soal habisnya gas per 13 Oktober lalu, kata
Paranai, itu karena pasokan gas tidak sesuai jadwal. Stok gas harusnya habis 30
November. “Tapi, belum sampai November sudah habis. Itu karena beban yang
sangat besar. Banyak kegiatan dan event di Sumsel serta tinggi pertumbuhan hotel dan mal baru.
Terkait candaan Gubernur
Sumsel Alex Noerdin yang akan menggantung dirinya apabila listrik kembali pada
terhitung sejak Minggu (2/11), Paranai sangat mengapresiasi keseriusan
Gubernur. “Candaan itu bagi saya menunjukkan Gubernur serius dalam mengatasi
masalah ini. Saya pun terpicu untuk tidak mengecewakan beliau,” tandasnya.
Dalam peninjauan tersebut,
hadir Kepala Divisi Distribusi dan Pelayanan Pelanggan Wilayah Sumatera Daniel
Bangun, GM Pembangkitan Sumsel Rully Firmansyah, GM Penyaluran dan Pengaturan
Beban Sumatera Eko Yudho, GM Proyek
Jaringan UIP III Syuaib, dan Dirjen Tenaga Kelistrikan ESDM Arief. Ada juga
anggota Komite II DPD RI asal Sumut Parlindungan Purba, asal Sumsel Asmawati,
dan asal Jatim Achmad Nawardi.
Eko Yudho menambahkan, per 1
November pukul 19.00 WIB kondisi sistem saluran tenaga listrik Sumatera Bagian
Selatan (SBS) KIT total 1.239 MW. Masing-masing, Sumsel sebesar 826,2 MW, lalu
beban SBS total 1.465,3 mw dengan Sumsel 642,4 mw.
Ada defisit SBS total 321,32
mw dengan Sumsel tercatat 38,22 mw. Kondisi itu, terus menurun dari angka
tersebut hingga pukul 22.00 WIB. “Ada masalah blackout pada malam itu akibat
dari tanam tumbuh. Saat ini kondisi Sumsel memang ada beberapa pembangkit yang
listriknya belum bisa masuk jaringan, namun masih bertahap,” ungkap GM
Penyaluran dan Pengaturan Beban Sumatera itu.
Ia menuturkan pihaknya melakukan mitigasi
perbaikan seperti mempercepat penyelesaian perbaikan gangguan PLTGU AGP Borang
dari rencana dua bulan (31/12) jadi satu bulan (31/11). Kemudian ada juga
mitigasi lanjutan seperti, percepatan perbaikan gangguan jaringan Lahat-Bukit
Asam, percepatan pembangunan pembangkit dan transmisi dengan dukungan
pemerintah terkait pembebasan lahan.
Ada juga tambahan supply
pembangkitan untuk Sumsel sebesar 170 mw, kerja sama pemerintah untuk lakukan
pendekatan sosial ke masyarakat di sekitar transmisi untuk lakukan pemotongan
pohon yang berpotensi sebabkan gangguan. “Nanti ke depan kami akan mendapat
tenaga listrik dari Keban Agung, Keramasan dan Banjarsari dengan total 450 mw,”
urainya.
GM Pembangkitan Sumsel Rully
Firmansyah menimpali, Sumsel memang lumbung energi karena begitu banyak pasokan
gas, namun pada Agustus ada kendala kehabisan gas IPP di PLTGU Gunung Megang.
Akibatnya, Sumsel sempat kehilangan tegangan 110 mw mengakibatkan Sumsel dan
sebagian Lampung mengalami status pas-pasan penggunaan tegangan listrik.
“Kondisi kebutuhan pasokan
listrik Sumsel sampai saat ini aman, namun pas-pasan. Kita tidak bisa mengirim
pasokan listrik ke tetangga karena hanya cukup untuk Sumsel. Apalagi adanya
gangguan transmisi Tarahan I dan II sehingga menjadikan pengiriman pasokan gas
di beberapa kawasan Lampung,” ungkapnya.
Vice President PT Asrigita
Prasarana, Tan Zhen Zhong, mengatakan, untuk perbaikan PLTGU Borang dibutuhkan
waktu paling cepat Januari mendatang. Karenanya saat ini pihaknya tengah
meminta dan memesan spare part mesin-mesin operasional dari Prancis.
“Spare part ini akan datang ke
Indonesia pada 28 Desember mendatang. Karena kapasitasnya besar dan harus
melalui Singapura baru tiba ke Indonesia. Kami berjanji akan mempercepat
perbaikan PLTGU Borang yang diakibatkan karena masalah kelistrikan, mesin
rusak, turbin rusak dan kekurangan gas,” ungkapnya.
Namun, kata dia, jika memang
semuanya lancar dan tidak ada halangan maka diusahakan bisa dilakukan start up
pada 15 Desember di PLTGU Borang. “Tapi saya tidak mengkonfirmasi kapan bisa
secepatnya beroperasi (PLTGU Borang) lagi,” tukasnya.
Terpisah, Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi, Robert Heri mempertanyakan suplai listrik yang tersendat.
Padahal, sumber daya alam (SDA) di Sumsel berlimpah dan mampu dimanfaatkan
sebagai sumber energi.
Ia menyebut pihaknya siap
menyediakan energi batu bara hingga menghasilkan 5.000 mw bila PLN membutuhkan.
“Kenyataan ini sungguh ironi, padahal kita adalah daerah kaya. Jika mampu
menyediakan pembangkit khusus batu bara, maka saya bersedia menyediakan 5.000
mw dari persediaan batu bara,” ujarnya.
Parlindungan mengatakan,
pihaknya akan membawa hasil kunjungan kemarin ke Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) untuk dievaluasi dan membuat kebijakan baru terkait energi
kelistrikan di Sumsel. “Kita akan melakukan audit neraca energi. Kok bisa
Sumsel mengalami defisit dan PLN tak bisa memastikan berapa cadangan listrik
untuk melayani masyarakat. Hasil ini akan kita bahas bersama pemerintah,”
tandas anggota DPD RI asal Sumut itu.